Sejarah Kompetisi Sepak Bola Indonesia – Episode Pertama

Kapan pertama kalinya orang menendang bola, adalah suatu peristiwa yang sudah terkubur dalam kedalaman sejarah. Tak ada satu pun kelompok masyarakat atau seorang tokoh, yang dijadikan catatan sejarah sebagai pencipta olahraga sepak bola.

Menurut catatan CN, permainan cabang olah raga yang menjadi nenek moyang sepak bola berumur lebih daripada perhitungan tahun masehi. Dan, bangsa Inggris di pertengahan abad 19 - dinilai dalam catatan sejarah menjadi pionir penemu permainan sepak bola dalam bentuk turnamen dan kemudian berkompetisi.
Kini, setelah menyelesaika abad ke-21, dan sedang memapaki abad millennium, sepak bola menjadi sangat spetakuler. Revolusi segala aspek bumi, juga ikut mempengaruhi sepak bola menjadi super glamour.

Tulisan di atas hanya sebatas intermezo. Karena, sepak bola di Indonesia, awalnya dijadikan salah satu alat perjuangan bangsa, dalam penindasan Belanda selama 350 tahun. Di jaman pergerakan ‘Boedi Oetomo’ dan kemudian lahirlah Sumpah Pemuda 1928, adalah pergerakan sepak bola sebagai bagian dari strategi ‘kucing-kucingan’ para pemuda untuk membentuk bond-bond sepak bola, sebagai bagian dari ‘mencuri kesempatan’ sekaligus bagian dari akal-akalan para pemuda berjuang memerdekakan Republik Indonesia dari penjajahan yang berkempanjangan.

19 April 1930 adalah momentum, anak-anak muda pejuang mendeklarasikan sebuah organisasi sepak bola bernama PSSI, di mana Ir. Soeratin Sosrosoegondo dinobatkan sebagai ketua umum pertama, dengan cara-cara sembunyi-sembunyi di pagi hari yang diputuskan hanya dalam waktu tiga jam. Sebuah perjuangan yang sangat mendebarkan dan sangat menegangkan dalam jiwa raga para pendiri Persatuan Sepak Bola Seluruh Indonesia. Menurut saksi hidup (saat diwawancara CN tahun 1988), E.A Mangindaan (bapaknya EE Mangindaan, Menteri Perhubungan Kabinet Indonesia Bersatu II bersama SBY) bertutur, bahwa resiko yang diambil para pendiri PSSI adalah nyawa mereka.

Ada kata-kata yang sebetulnya bisa dijadikan pencerahan sampai hari ini, yaitu saat Ketua Umum Persatuan Sepak Bola Mataram, Jogjakarta – Daslam Adiwasito, yang bicara tegas tapi sangat bijaksana tentang didirikannya PSSI, pagi buta tanggal 19 April 1930 tersebut. Yaitu, “Kapan waktunya,kalau bukan sekarang untuk ikut dalam mencapai kemuliaan bangsa,” tegasnya.

Presiden Soekarno, dengan tingkat kesibukannya yang luar biasa dalam memperjuangkan kemerdekaan, ternyata menurut AE Mangindaan, masih memiliki waktu jika untuk urusan sepak bola. Terbukti, tahun 1932 – Ir. Soekarno saat paginya keluar dari penjara penjajah Sukamiskin di Bandung, sorenya diajak untuk menjadi penendang pertama Kejuaraan PSSI (turnamen), antara VIJ (Jakartavoetbal Bond Indonesia Jakarta) vs BIVB (Bandungsche Indonesia Voetbal Bond). Bahkan, Husni Thamrin mau merogoh uang 2000 golden untuk memagari Lapangan Krida, agar pertandingan berlangsung aman.

STEDEN WENDSTRYDEN
Belanda sebagai penjajah, sepertinya sulit jika diajak berpolitik oleh para pemuda Indonesia jaman itu. Namun, ketika diajak ikut menggagas sebuah kejuaraan antar kota, sepertinya punya semangat, Dari situlah lahir yang namanya “Steden Wendstryden” – yaitu kejuaaran sepak bola antar kota. Saat itu yang ditunjuk bergiliran menjadi tuan rumah bergantian, seperti antara Jakarta, Bandung, Semarang dan Surabaya.

Awalnya, para pemainnya mayoritas orang Belanda. Namun, lama kelamaan anak-anak muda Indonesia disusupi ikut memperkuat bond-bond tersebut. Dibentukan klub-klub yang awalnya langsung dibawah naungan NIVB – Nederlandsche Indische Voetbal Bond (sekarang KNVB atau PSSI-nya Belanda), seperti Voetbal Bond Batavia en Omstreken (VBO) di Surabaya dibentuk SVB, di Semarang VSO, bandung BVBO, di Malang MVB, Jogjakarta VBDO dan Surakarta VBS

Permainan sepak bola dengan adanya “Steden Wendstryden”, semakin popular di kalangan rakyat dan timbul di dalam pergerakan kebangsaan untuk membentuk perserikatan sepak bola sendiri. Misalnya, Surakarta yang telah banyak memiliki klub tahun 1923 sudah menjadi pelopor dengan mendirikan Vorstenlansche Voetbal Bond (VVB) yang didirkan oleh Dr. Radjiman Wediodiningrat dan Mr Wongsonagoro, keduanya adalah tokoh terkenal sebagai ahli Kanuragan.

Ilmu Kanuragan, adalah ilmu turun temurun keahlihan manusia-manusia jaman Majapahit dalam Sumpah Palapa - sebagai seorang pendekar, di jaman Prabu Hayam Wuruk dan Patih Gajah Mada. Ilmu keahlihan permainan Kanuragan, adalah hasil perenungan dan pencerahan selama lima abad perjalanan ‘Sumpah Pemuda’ melalui perjalanan darat dari Sabang sampai Merauke, yang penuh dengan penderitaan jiwa dan raga para pemuda saat berjuang. Sinar Kanuragan inilah yang menerangi jalan menuju kejayaan yang dirintis PSSI sebagai salah satu alat perjuangan Indonesia merdeka.

STRIDIJ PROGRAM 
Untuk tidak masuk dalam delik politik, PSSI di jaman perjuangan memiliki program yang namanya “Stridij Program”, program ini milik program partai di jaman penjajahan, sebagai program perjuangan – sebetulnya istilahnya rencana kerja. Karena programnya sangat berat, makanya konsep kerjanya tidak tertulis. Hanya saja, akhirnya bisa beredar ke pelosok penjuru Tanah Air.

Program itu disusun oleh ketua umum PSSI, dan disiarkan oleh sekretaris yang sangat sederhana saat itu :
a.Kompetisi awal tiap - awal tahun, untuk tiap bond dalam strate kelas 1 dan 2
b.Stedentournooi (turnamen) tiap tahun - tiap district diadakan kejuaraan, dan finalnya antar juara-juara district. Hanya bond-bond yang mengadakan turnamen yang boleh ikut stedentournooi PSSI.
c.Opleidngs kursus referee/Scheidsrechter untuk menghasilkan wasit kelas 1 di setiap bond.
d.Disiplin organisasi harus dipegang teguh dan tegas.
e.Jongs competitive agar diadakan untuk cadervorning (pembinaan usia muda)

Dari program kerja yang sudah dituangkan PSSI di awal-awal memperjuangkan Indonesia merdeka, menurut analisis CN – para pendiri bangsa dan pendiri PSSI, sebetulnya sudah berpikir tentang sistem kompetisi dan sistem pembinaan usia muda seperti jaman moderen sekarang ini. Bahkan, untuk mencetak para wasit pun, para bond-bond sudah diberi kesempatan untuk bisa ikut kursus-kursus wasit.

CN, memang tidak bisa membayangkan secara detail suasana saat para pemuda pejuang yang mendirikan PSSI. Namun saat membaca bukunya (ada di perpustakaan CN), sepertinya napas dan jiwanya masih HIDUP sebagai tonggak dan sinar bagi perkembangan sepak bola modern dewasa ini. (Bersambung – Episode Kedua)

Erwiyantoro
Pencinta Sepak Bola Indonesia

disalin dari 

http://www.facebook.com/pages/Cocomeo-News/